Rute-rute inilah yang dianggap paling berbahaya. Di beberapa rute ini sudah banyak terjadi kecelakaan pesawat yang memakan korban penumpangnya karena selain banyak perbukitan, cuaca cerah bisa secara mendadak berubah menjadi sangat ekstrem. Selain rekomendasi rute tersebut, Tim Evaluasi Keselamatan Penerbangan di Papua yang diketuai oleh Capt Adhie Gunawan itu juga meminta agar lapangan udara di daerah terpencil di Papua untuk menggunakan pembangkit tenaga surya agar keberlangsungan sumber listrik tidak terputus. Listrik sangat penting untuk penerangan dan menjaga komunikasi dengan pesawat yang akan mendarat ke lapangan udara tersebut. Selain itu, maskapai penerbangan juga nantinya diwajibkan untuk melengkapi pesawatnya dengan alat sensor gunung, alat anti-tabrakan antar pesawat, dan pengukur ketinggian. Untuk menghadapi kebijakan open sky dalam industri penerbangan komersial, maskapai penerbangan Batavia menambah lagi rute penerbangan ke luar negeri. Pembukaan rute penerbangan baru ini diambil oleh Batavia Air untuk membuka jaringan penerbangan seluas mungkin dikarena para pesaing akan memasuki jalur penerbangan di Indonesia. Guna mendukung rencana ini, Batavia Air menargetkan menjadi maskapai nasional yang izin larangan terbang dicabut oleh Uni Eropa. Perusahaan penerbangan Batavia Air akan menambah rute regional maupun internasional untuk menghadapi kebijakan open sky yang diberlakukan mulai 2015. "Jaringan harus dibuka seluas mungkin karena pesaing dari luar akan masuk," kata Direktur Niaga PT Metro Batavia, Hasudungan Pandiangan, di Pontianak, Kamis (15/4/2010). Rute-rute tersebut diantaranya ke Perth (Australia), Dhaka (Bangladesh), Bangkok (Thailand), Kuala Lumpur (Malaysia), Port Moresby (Papua Nugini), Dili (Timor Leste), Tokyo (Jepang), Hong Kong, Seoul (Korea Selatan), Dubai (UEA) dan Jeddah (Arab Saudi). "Yang dalam waktu dekat Dili melalui Denpasar, dan Jeddah. Jeddah rencananya tanggal 5 Mei," katanya. Ia optimistis Batavia Air mampu menghadapi persaingan di tahun 2015 mengingat sejak beroperasi delapan tahun lalu mengalami pertumbuhan pesat. "Dulu Batavia hanya punya empat pesawat," katanya. Hasudungan menambahkan, untuk memperluas jangkauan mereka juga menargetkan menjadi maskapai nasional yang izin larangan terbang dicabut oleh Uni Eropa. Salah satu upaya yang dilakukan dengan tidak lagi menggunakan pesawat Boeing 737 seri 200. "Sekarang masih ada dua armada," katanya. Batavia Air juga berkomitmen untuk memperbaiki keterlambatan yang masih kerap terjadi. Frekuensi penerbangan Batavia setiap hari sebanyak 175 kali ke 38 kota tujuan dan tiga rute internasional yakni Singapura, Kuching dan Guangzhou. Target penumpang yang dilayani untuk tahun 2010 mencapai 7,8 juta orang, naik dari realisasi tahun 2009 sebanyak 6,5 juta penumpang.
7 tahun yang lalu